Penyakit hepatobiliaris bisa mengkomplikasi kolitis ulserativa dan penyakit Crohn. Manifestasi dan keparahannya bervariasi. Perlemakan hati, kolangitis, jejas akibat-obat, hepatitis kronis, fibrosis porta, sirosis, abses hati, infark, trombosis vena porta, kolangitis sklerotikans, karsinoma saluran empedu, dan kolelitiasis semuanya terkait. Komplikasi ini lebih mungkin terjadi pada penderita dengan komplikasi di luar saluran cerna yang tetapi tidak ada korelasi dengan beratnya penyakit radang usus. Penyebab kelainan fungsi hati pada penderita dengan kolitis ulserativa atau penyakit Crohn belum diketahui. Kolektomi total tidak bermanfaat pada manajemen komplikasi hepatobiliaris pada penderita dengan kolitis ulserativa.
Perubahan lemak yang luas dalam hati ditemukan, terutama pada penderita dengan penyakit radang usus yang malnutrisi atau tidak berkemampuan kronis. Kebanyakan penderita tidak mempunyai gejala; mereka hanya dengan tanda hepatomegali. Kelainan kimia ringan. Infiltrasi lemak biasanya mereda dengan pengobatan.
Kolangitis sklerotikans primer mungkin sukar dibedakan dengan hepatitis kronis pada penderita dengan penyakit radang usus. Penderita ini mungkin tanpa gejala atau ikterus, gatal-gatal, atau nyeri perut. Peningkatan alkali fosfatase atau aktivitas 5'-nukleotidase hampir menyeluruh. Komplikasi ini bisa terjadi setiap waktu dalam perjalanan penyakit radang usus.
Kolangitis sklerotikans (radang fibrosis berbagai segmen duktus biliaris) bisa menyebabkan obliterasi lumen duktus. Gambaran klinis dan biokimia sama dengan kolestasis. sering dengan serangan intermiten kolangitis akut (demam, ikterus. nyeri kuadran kanan atas, anoreksia, kehilangan berat badan, dan gatal-gatal, disertai dengan hipertensi porta. Komplikasi ini terkait dengan kolitis ulserativa dart jarang dengan penyakit Crohn.
Kolangitis sklerotikans primer (tidak terkait dengan penyakit radang usus) jarang pada anak-anak. Kolangiografi akan menunjukkan butir-butir dan ketidakteraturan duktus biliaris intrahepatik dan ekstraliepatik. Pengobatan ditujukan untuk memperbaiki drainase empedu dan berupaya untuk menghentikan penjelekan proses obliterasi. Pengobatan simptomatis diperlukan untuk komplikasi demikian seperti gatal-gatal, dan infeksi. Tidak ada pengobatan yang pasti; pemberian kortikosteroid atau D-penisilamin telah memberikan hasil yang tidak konsisten. Asam ursodeoksikolat, dengan dosis 15 mg/kg/24jam, bisa menyebabkan perbaikan gatal-gatal dan menurunkan nilai biokimia yang tidak normal. Perjalanannya biasanya progresif lambat sampai ke kematian jika transplantasi hati tidak dilakukan.
Pustaka
Ilmu Kesehatan Anak Oleh Behrman Klirgman Arvin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar