Kamis, 21 Juni 2012

Brokoli, Sayuran Antikanker

Brokoli termasuk keluarga kubis-kubisan. Sayuran berwarna hijau tua ini di tempat asalnya Italia disebut Broccolo. Bau khas yang keluar ketika brokoli dimasak berasal dari sulfur atau belerang yang terkandung di dalamnya.

Semua kubis-kubisan tergolong dalam kelompok crucifera, kelompok ini dikenal karena kandungan sulforaphane dan indoles yang berkhasiat sebagai antikanker. Riset tentang indoles membuktikan kemampuannya mendeaktivasi metabolit estrogen yang menyebabkan tumor terutama pada sel-sel payudara. Pada saat yang sama indoles meningkatkan senyawa tertentu yang bersifat protektif terhadap kanker.

Kehebatan indoles selain menekan pertumbuhan sel tumor adalah juga dapat mengurangi proses metastasis sel kanker. Metastasis adalah pergerakan sel-sel kanker ke bagian tubuh yang lain sehingga terjadi penyebaran sel tumor.

Sementara itu sulforaphane berperan dalam meningkatkan peran enzim yang bertanggung jawab dalam detoksifikasi. Dengan semakin optimalnya detoksifikasi, maka substansi karsinogenik penyebab kanker dapat lebih cepat disingkirkan. Selain itu, studi tentang sulforaphane dan efeknya terhadap tumor pada tikus menunjukkan bahwa sulforaphane menyebabkan tumor berkembang lebih lambat dan beratnya lebih kecil. Sulforaphane dapat menyebabkan apoptosis (bunuh diri sel kanker) pada sel-sel leukemia dan melanoma.

Banyak orang telah mengetahui manfaat mengonsumsi pangan nabati seperti sayuran dan bush yang kaya akan phytonutrients (gizi nabati). Kemampuan phytonutrients untuk mencegah kanker, karena fungsinya sebagai antioksidan sehingga dapat mencegah berbagai kerusakan sel tubuh akibat serangan radikal bebas.

Radikal bebas adalah atom dengan elektron tanpa pasangan, dalam upayanya mencari pasangan, maka elektron ini akan dapat merusak sel sehingga menyebabkan kanker atau proses penuaan dini. Hadirnya antioksidan dapat mencegah oksidasi sehingga jumlah radikal bebas tidak menjadi berlebihan dan tidak berdampak merusak tubuh. Radikal bebas sendiri bisa berasal dari polusi, asap rokok, kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi kalori dalam jumlah banyak dan lain-lain.

Suatu studi di Fred Hutchinson Cancer Research Center di Seattle yang melibatkan sampel manusia lebih dari 1.000 orang mengungkapkan bahwa mereka yang rajin makan sayuran dapat mengurangi risiko kanker kolon sebesar 35 persen, sedangkan yang mengonsumsi kubis-kubisan (termasuk brokoli) dapat menekan risiko kanker 44 persen. Sementara studi di Belanda dengan sampel lebih dari 100.000 orang memberikan hasil yang relatif sama yaitu konsumsi sayuran dapat mengurangi kanker kolon 25 persen, sedangkan kubis-kubisan dapat mengurangi risiko sampai 49 persen. Hal ini menegaskan bahwa peranan brokoli (salah satu kelompok crucifera) sebagai sayuran antikanker memang dapat diandalkan.

Merokok diketahui berkaitan erat dengan timbulnya kanker paru, di samping itu polusi udara di kota-kota besar juga menyebabkan populasinya berisiko tinggi untuk mengalami gangguan kesehatan. Kubis-kubisan (termasuk brokoli) dapat mengurangi risiko kanker paru sampai 30 persen pada kelompok bukan perokok, tetapi pada kelompok perokok dampaknya justru lebih baik lagi yaitu menekan risiko kanker paru sampai 69 persen. Jadi, ini dapat menjadi kabar balk bagi perokok, kalau memang tidak bisa berhenti merokok jangan lupa selalu mengonsumsi brokoli atau kubis-kubisan lainnya sebagai teman nasi.

Brokoli dikenal sebagai mutiara gizi. Bentuk sayurannya memang mirip taburan mutiara, dan dengan khasiatnya yang menakjubkan sebagai antikanker membuat brokoli menduduki posisi superior di antara sayuran lainnya. Ketika Mantan Presiden George Bush Sr mengatakan I hate broccoli, maka dia segera menuai protes dari kanan kiri. Apa yang dikatakan seorang pemimpin bisa menjadi iklan buruk bagi brokoli, padahal riset-riset membuktikan manfaatnya yang luar biasa bagi kesehatan.

Sebagai makanan kaya vitamin, tinggi serat, dan rendah kalori brokoli memberikan kontribusi penting untuk meraih hidup sehat, panjang umur dan terjauh dari penyakit degeneratif. Di negara maju penyakit degeneratif didominasi oleh penyakit jantung koroner dan kanker. Dua jenis penyakit ini dapat dicegah antara lain dengan mengonsumsi makanan yang tepat dan sehat seperti brokoli. Seperti diketahui penyakit jantung koroner diawali dengan penyumbatan pembuluh darah oleh kolesterol. Kolesterol LDL (jahat) mempunyai kemampuan untuk menyumbat pembuluh darah bila dalam keadaan teroksidasi. Brokoli dengan kemampuan antioksidannya akan dapat mencegah terjadinya proses oksidasi.

Penyakit kanker sampai saat ini belum diketahui obatnya dan penyebabnya pun cukup beragam. Seringkali deteksi kanker yang menimpa dini seseorang dilakukan terlambat, sehingga pertolongan menjadi semakin sulit. Oleh karena itu upaya preventif harus lebih diutamakan untuk mengatasi kanker. Di sinilah gizi memainkan peranan penting untuk menawarkan proses pencegahan sehingga penyakit yang mematikan tadi dapat dihindari.

Mengonsumsi brokoli secara rutin mungkin tidak menjadi garansi bahwa Anda akan terbebas dari penyakit kanker atau penyakit jantung. Namun, paling tidak risiko untuk terserang penyakit tersebut menjadi lebih kecil karena unsur nutrisi dan substansi lainnya di dalam brokoli telah terbukti berkhasiat bagi kesehatan.

Brokoli kaya akan vitamin C, beta-karoten, dan serat. Vitamin C adalah antioksidan kuat yang bersifat larut air. Vitamin C sering dijuluki masterofnutrientkarena kemampuannya bukan hanya sekadar sebagai antisariawan (seperti selama ini dikenal), tetapi juga mampu mengendalikan kolesterol, dan meningkatkan ketahanan tubuh. Beta-karoten yang di dalam tubuh akan menjelma menjadi vitamin A penting untuk kesehatan mata dan berkhasiat menangkal kanker. Sementara itu serat yang dulu seringkali terlupakan kini menjadi primadona baru di jajaran gizi dan dikenal sebagai antikolesterol dan antikanker.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar