Apabila ada gangguan pada salah satu enzim di atas, penyerapan gula sederhana akan terganggu sehingga terjadi kasus malabsorpsi. Tergantung enzim mana yang kurang, kita melihat beragam kasus malabsorpsi makanan atau minuman sebagaimana tampak dalam tabel di atas.
Produksi enzim tubuh sesungguhnya bisa dikondisikan. Membiasakan diri mendapatkan jenis menu yang mengandung laktose atau gula susu akan merangsang tubuh memproduksi enzim laktase. Apabila kebiasaan minum susu terhenti sebelum balita, sebagaimana terjadi di negara sedang berkembang, produksi enzim lactase tersendat, atau akan terhenti.
Pada kasus malabsorpsi terjadi diare yang lama. Tinjanya tidak berbau busuk seperti pada kasus diare infeksi, tetapi cair bercampur dengan tinja yang berbentuk dan baunya cenderung masam. Berat badan penderita malabsorpsi cenderung terus menurun, dan lama-kelamaan bisa terancam kekurangan gizi.
Selain diare yang berlangsung lama, kasus malabsorpsi juga disertai dengan gejala kembung-kembung terus-menerus, banyak buang angin, dan terkadang muncul mulas melilit atau kolik. Pada bayi baru lahir yang normal, produksi enzim laktase umumnya belum penuh. Berbeda dengan enzim lain, enzim laktase baru mulai diproduksi pada umur kehamilan trimester terakhir, dan mencapai puncaknya pada kehamilan tua. Enzim lainnya, seperti sukrase, dan maltase, sudah diproduksi terlebih dahulu. Sedangkan bayi lahir dengan berat badan kurang (berat badan lahir rendah), produksi enzim laktasenya juga belum penuh. Bayi dengan kondisi seperti ini cenderung mengalami gangguan penyerapan gula susu.
Bayi dengan gangguan enzim lactase membutuhkan jenis susu lain. Perlu diberikan jenis susu rendah gula susu (low lactose milk). Sedangkan pada bayi dengan kelainan bawaan seperti pada tabel di atas, sudah membawa bakat gangguan penyerapan gula susu jauh sebelum dilahirkan.
Ada pula jenis malabsorpsi bukan bawaan, yaitu jenis yang didapat. Kasus malabsorpsi gula yang didapat sering timbul setelah operasi usus, terkena diare menahun, atau kurang gizi. Pada kasus ini, sudah terjadi perubahan sifat dan struktur usus sedemikian rupa sehingga tidak semua zat makanan dan minuman berhasil diserap. Pada usus anak yang kurang gizi sudah terjadi kerusakan jonjot usus (villus). Jonjotjonjot ususnya mengalami atrofi atau penciutan sel-selnya, sehingga kemampuan menyerapnya menurun.
Selain dad keluhan dan gejala, kasus malabsorpsi dapat dilihat dad hasil pemeriksaan tinja di laboratorium. Akibat gula di usus gagal diserap, kadar gula dalam tinja tinggi dan baunya yang masam (pH tinggi). Untuk lebih memastikan adanya kerusakan usus, biasanya dilakukan pemeriksaan biopsi (pengambilan serpihan jaringan selaput lendir usus). Serpihan jonjot usus lalu diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat struktur dan sifatnya yang sudah menciut dan mungkin sudah tidak berfungsi lagi. Setelah dilakukan diagnosis malabsorpsi, terapi yang dilakukan adalah dengan mengganti jenis susunya. Tidak lagi diberi susu formula biasa, harus diberi susu rendah gula susu (low lactose milk). Untuk kasus sehabis diare atau bayi dengan berat badan lahir rendah, pemberian susu khusus hanya untuk sementara waktu. Lain halnya jika malabsorpsinya sudah merusak ususnya, tubuhnya tak tahan gula susu sepanjang hayat.
Pustaka
Makanan Sehat untuk Bayi (plus Penyakit Perut pada Anak) Oleh Dr. Handrawan Nadesul
Tidak ada komentar:
Posting Komentar