Senin, 28 Maret 2011

Penyakit Batu Empedu

Hingga dekade ke-6, 20% wanita dan 10% pria menderita batu empedu dan prevalensinya meningkat dengan bertambahnya usia, walaupun umumnya selalu pada wanita. Dalam masyarakat Barat, batu yang terbanyak ditemukan adalah batu kolesterol atau campuran kolesterol-kalsium bilirubin. Patogenesisnya tidak seluruhnya dimengerti. namun faktor-faklor yang dapat membentuk empedu litogenik mencakup peningkatan kandungan kolesterol, berkurangnya asam empedu dan stasis biliaris. Pada sebagian besar kasus, batu empedu adalah asimtomatik dan hanya 10% mengalami gejala setelah 5 tahun. Batu empedu menyebabkan 3 kelainan utama: kolesistitis, kolik biliaris dan koledokolitiasis.

KOLESISTITIS
Impaksi batu empedu dalam duktus sistikus merupakan penyebab tersering dari kolesistitis. Penyebab yang lebih jarang mencakup infeksi primer misalnya Salmonella typhi atau Ascaris lumbricoides, trauma, pembedahan, kemoterapi dan TPN.

Gambaran klinis
Gejala: Nyeri kuadran kanan atas, seringkali dengan penyebaran ke bahu kanan, mual, muntah dan demam.
Tanda: Nyeri tekan kuadran kanan alas, nyeri tekan kandung empedu yang dapat diperlihatkan pada inspirasi (Tanda Murphy), kandung empedu biasanya tidak dapat diraba dan ikterus pada sebagian kecil pasien.
Investigasi • FBC biasanya memperlihatkan suatu leukositosis • Sinar-X abdomen memperlihatkan batu radioopak pada sebagian kecil kasus dan kadang-kadang suatu sentinel- loop atau adanya udara dalam cabang-cabang biliaris • US memperlihatkan batu kandung empedu dan penebalan dart mukosa • Skaning radio-isotopik (HIDA; PIPIDA) berguna dalam menemukan obstruksi dart duktus sistikus.
Penyulit Empiema, gangren dan perforasi kandung empedu, pankreatitis, abses perihepatik, piemia porta dan septikemi.
Penatalaksanaan Mula-mula suportif dengan cairan iv, analgetik dan antibiotik, misalnya amoksisilin dan tobramisin. Kolesistektomi yang dilakukan setelah pasien stabil merupakan pengobatan terpilih walaupun waktu dilakukannya pembedahan yaitu kolesistektomi dini atau tertunda (interval) masih kontroversial dan bergantung pada kondisi dan usia pasien. Kolesistektomi perkutaneus
dapat diindikasikan pada pasien yang sakit berat.

KOLIK BILIARIS
Keadaan ini biasanya disebabkan oleh impaksi batu dalam duktus sistikus.

Gambaran klinis
Gejala: Nyeri yang menetap di epigastrium atau kuadran kanan atas yang biasanya menghebat selama 2-3 jam sebelum mereda.
Nyeri yang lebih dari 6 jam menyokong pada kolesistitis. Sering ditemukan mual dan muntah.
Investigasi Diagnosis sebagian besar ditegakkan secara klinis terutama karena batu empedu sangatlah sering terjadi. Banyak pasien dengan batu empedu dan dispepsia tidak tertolong dengan kolesistektomi dan pada banyak pasien, rasa tidak enak di perut disebabkan oleh IBS (sindrom fleksura hepatik) • Kenaikan transien dari bilirubin dan fosfatase alkali menyokong diagnosis kolik biliaris • Skintigrafi biliaris dapat memperlihatkan obstruksi duktus sistikus apabila dilakukan sewaktu serangan.

Penatalaksanaan Berikan analgesia hingga serangan berlalu. Morfin meningkatkan tekanan sfingter Oddi dan harus dihindari. Kolesistektomi diindikasikan pada pasien yang kuat menjalani pembedahan. Pada pasien yang tidak kuat atau menolak pembedahan, dapat diberikan terapi pelarutan batu empedu dengan asam ursodeoksikolat untuk pasien dengan batu radiolusen berdiameter kurang dari 1,5 cm dan dengan kandung empedu yang rnasih berfungsi pada kolesistograti oral. Pelarutan komplit terjadi kira-kira 30% pada 12 bulan.

KOLEDOKOLITIASIS
Batu duktus koledokus paling sering berasal dari batu kandung empedu, namun dapat terbentuk di dalam saluran empedu akibat striktur biliaris, kolangitis sklerotika primer atau sekunder atau pada penyakit Caroli.
Gambaran klinis Dapat asimtomatik
Gejala: mencakup kolik biliaris, nyeri intermiten atau konstan di kuadran kanan atas, mual dan muntah.
Tanda: ikterus yang berfluktuasi, nyeri tekan kuadran kanan atas dan kandung empedu yang teraba pada 15% kasus. Demam dan rigor mengindikasikan kolangitis.
Investigas! • FBC memperlihatkan suatu leukositosis dan LFT menunjukkan kenaikan bilirubin, fosfatase alkali dan gama GT; tidak jarang dijumpai sedikit kenaikan dari transaminase • Sering tedadi pemanjangan PT • Sinar-X abdomen mungkin memperlihatkan batu opak atau yang jarang, memperlihatkan udara di dalam cabang-cabang biliaris • US dapat memperlihatkan dilatasi cabang-cabang biliaris, namun tidak sensitif dalam mengenali batu di dalam CBD yang biasanya memerlukan ERCP atau PTC.
Penyullt Pankreatitis, kolangitis, septikemi, abses hepatik dan kolangitis sklerotika sekunder atau sirosis biliaris.
Penatalaksanaan Pertama-tama berikan analgesia, cairan iv dan antibiotik (misalnya amoksisilin atau tobramisin). Pengangkatan batu paling baik dengan ERCP, sfingterotomi dan ekstraksi dengan dengan keranjang atau balon Dormia. Batu yang besar dapat dilarutkan atau dikurangi ukurannya dengan methyl-tert-butyl- ether atau mono-octanion yang diberikan melalui suatu selang nasobitiaris. Fragmentasi batu secara mekanik dengan litotripsi mungkin terbukti sebagai alternatif yang berguna.

Pustaka
Diagnosis dan Terapi Oleh Peter C. Hayes, Thomas W. Mackay

Tidak ada komentar:

Posting Komentar