Kamis, 21 April 2011

Luka Bakar Pada Anak

Hampir semua kecelakaan luka bakar dan luka bakar karena terkena air panas terjadi di rumah, terutama pada keluarga miskin. Anak-anak yang baru belajar berjalan dengan rasa ingin tabu yang besar tertarik dengan korek api dan nyala api. Ia menjatuhkan pemanas parafin, terlalu mendekati nyala api sehingga membakar pakaiannya, menggenggam gagang panci yang berisi air mendidih sehingga menyiram dirinya sendiri, atau membuang air mendidih dari ketel elektrik dengan cara memfleksikan lengannya. Luka bakar yang terjadi di luar rumah dapat diakibatkan api unggun dan petasan, dan cenderung terjadi pada anak-anak yang lebih besar.

Pengobatan yang segera dilakukan adalah menghilangkan rasa sakit, memastikan pernapasan adekuat, dan kemudian menilai luasnya luka bakar yang terjadi. Jika luas luka bakar lebih dari 10% luas permukaan tubuh anak, perlu pemberian cairan intravena (plasma dan NaCL 0,9%). Prognosis buruk bila luka bakar mengenai lebih dari 50% luas permukaan tubuh anak. Cairan, darah dan protein hilang dari bagian tubuh yang terbakar dalani jumlah besar dan semua ini harus digantikan. Produksi min dan hematokrit harus dipantau secara ketat. Toksoid tetanus dan antibiotik sering diberikan. Pada kemudian hari, mungkin diperlukan tindakan cangkok kulit (skin grafting). Anak-anak yang menderita luka bakar juga sering mengalami ketakutan psikologis.

Pengawasan secara ketat terhadap anak-anak yang baru belajar berjalan merupakan aspek yang paling penting pada pencegahan terjadinya luka bakar dan luka bakar karena air panas. Penggunaan nyala api yang terbuka dan pemanas parafin yang semakin menurun disertai meningkatnya penggunaan pemanas sentral mengakibatkan penurunan insiden luka bakar pada anak selama 20 tahun terakhir ini, akan tetapi luka bakar karena air panas masih sering ditemukan.

Pustaka
Dasar dasar pediatri ed 3 Oleh David Hull & Derek I. Johnston

Tidak ada komentar:

Posting Komentar