Senin, 07 Maret 2011

Penyakit inflamasi autoimun: Lupus eritomatosus

Lupus eritomatosus (LE) adalah penyakit inflamasi autoimun kronis yang melewati tiga bentuk dasar: lupus diskoid yang menyerang kulit; lupus yang disebabkan oleh bahan kimia atau obat-ohatan; dan sistemik lupus eritematosus (SLE) yang menyerang sistem organ besar. Wanita cenderung terserang sembilan kali Iebih sering dibanding pria; usia awitan rata-rata adalah 30 tahun, dengan angka tcrtinggi pada populasi bukan kulit putih. Tidak ditcmukan adanya hubungan genetik. Terdapat keterkaitan keturunan yang menunjukkan bahwa predisposisi genetik mungkin berhubungan dengan faktor-faktor lingkungan atau kerentenan pada virus tertentu. Obat-Obat tertentu dan makanan (tauge alfalfa) tampak sebagai pencetus awitan gejala atau memperburuk penyakit yang sudah ada. Abnormalitas hormonal adalah faktor risiko yang mungkin karena telah terpantau peningkatan insiden selama tahun-tahun membesarkan anak. Radiasi ultraviolet juga merupakan faktor risiko yang mungkin.

MANIFESTASI KLINIS
1. Awitan tersembunyi atau akut. Mungkin takterdiagnosa selama bertahun-tahun.
2. Perjalanan klinis adalah salah satu dari eksaserbasi atau remisi. Gambaran klinis termasuk nefritis, penyakit kardiopulmonal, ruam kulit, dan banyak bukti tak langsung terjadinya inflamasi sistemik (demam, keletihan, dan penurunan berat badan).
3. Sistem muskuloskeletal: artralgia dan artritis (sinovitis) merupakan gambaran yang umum. Pembengkakan sendi, nyeri tekan, dan nyeri saat pergerakan adalah umum, disertai dengan kekakuan sendi pada pagi hari.
4. Beberapa tipe manifestasi kulit yang berbeda, y.i., lupus eritematosus kutan subakut (SCLE), dan lupus eritematosus diskoid (DLE).
5. Ruam kupu-kupu pada batang hidung dan pipi, terjadi pada kurang dari 50% pasien, mungkin menjadi prekursor pada keterlibatan sistemik.
6. Lesi memburuk selama eksaserbasi ("flares") dan mungkin dicetuskan oleh cahaya sinar matahari atau ultraviolet buatan.
7. Ulkus oral dapat menyerang mukosa bukal atau langit-langit keras.
8. Perikarditis adalah manifestasi klinis jantung yang paling umum.
9. Pleuritis atau pleural efusi.
10. Lesi papular, eritematosus, dan purpurik pada ujung jari, siku, jari kaki, dan permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan dapat berkembang menjadi nekrosis.
11. Limfadenopati terjadi pada 50% dari semua pasien SLE.
12. Keterlibatan ginjal (glomeluri) terjadi pada sekitar 50%.
13. Gambaran neuropsikiatris bervariasi dan sering, umumnya ditunjukkan dengan perubahan halus pola perilaku. Depresi dan psikosis adalah umum terlihat.

EVALUASI DIAGNOSTIK
Diagnosis dibuat berdasarkan pada riwayat komplet dan analisis pemeriksaan darah; tidak ada saw pemeriksaan laboratorium yang menguatkan SLE.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan termasuk penatalaksanaan penyakit akut dan kronis.
1. Mencegah penurunan progresif fungsi organ, mengurangi kemungkinan penyakit akut, meminimalkan penyakit yang berhubungan dengan kecacatan, dan mencegah komplikasi dari terapi yang diberikan.
2. Gunakan obat-obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dengan kortikosteroid untuk meminimalkan kebutuhan kortikosteroid.
3. Gunakan kortikosteroid topikal untuk manifestasi kutan akut.
4. Gunakan pemberian bolus IV sebagai alternatif untuk penggunaan dosis oral tinggi tradisional.
5. Atasi manifestasi kutan, muskuloskeletal, dan sistemik ringan dcngan obat-obat antimalaria.
6. Preparat imunosupresif (percobaan) diberikan untuk bentuk SLE yang serius.

Pengkajian Keperawatan
1. Lakukan pengkajian fisik menyeluruh, sistematik, inspeksi kulit terhadap ruam eritematosus.
2. Amati plak eritematosus kutan dengan penempelan plaque pada kulit kepala, wajah, atau leher.
3. Perhatikan area yang mengalami hiperpigmentasi atau depigmentasi bergantung pada face dan tipe penyakit.
4. Tanyakan pasien tentang perubahan kulit, terutama sensitivitas terhadap sinar matahari atau cahaya ultraviolet buatan.
5. Inspeksi kulit kepala terhadap alopecia.
6. Periksa mulut dan tenggorok terhadap ulserasi.
7. Periksa terhadap adanya gesekan friksi perikardial dan bunyi paru abnormal (efusi pleural).
8. Kaji terhadap keterlibatan vaskular, y.i., eritematosus papular, dan lesi purpurik.
9. Amati terhadap tanda-tanda keterlibatan muskuloskeletal, y.i., pembengkakan sendi, kehangatan, nyeri saat melakukan gerakan, dan kekakuan sendi. keterlibatan sendi sering simetris.
10. Amati terhadap edema dan hematuria, yang mcnandakan keterlibatan ginjal.
11. Permudah interaksi dengan pasien dan keluarga untuk memberikan bukti lebih jauh tentang keterlibatan sistemik.
12. Arahkan pengkajian neurologis pada pengidentifikasian dan menguraian keterlibatan sistem saraf pusat.
13. Tanyakan anggota keluarga mengenai perubahan perilaku, neurosis, atau psikosis.
14. Perhatikan tanda-tanda depresi, laporkan adanya kejang korea, atau manifestasi SSP lainnya.
15. Kaji pengetahuan tentang proses penyakit dan penatalaksanaan mandiri.
16. Kaji persepsi pasien tentang dan koping terhadap keletihan, citra tubuh, dan masalah-masalah lain yang disebabkan oleh penyakit.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan SLE umumnya sama dengan rencana asuhan dasar untuk pasien dengan penyakit reumatik.

Pustaka
Keperawatan Medikal- Bedah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar