Jumat, 25 Maret 2011

Inspeksi Vulva

Vulva harus selalu diamati dengan cermat apabila sedang melakukan palpasi abdomen atau pemeriksaan vagina; apakah ini pada waktu antenatal, pada saat persalinan, ataukah setelah kelahiran bayi.
Beberapa kelainan yang mungkin dijumpai adalah:

1. Pruritus vulva. Iritasi yang kuat yang dirasakan oleh wanita mungkin sebagai akibat dari glikosuria atau moniliasis. Uji diagnostik dilakukan terhadap urine maupun usapan vagina. Vulva merah dan garukan dapat menyebabkan infeksi kulit.

2. Varises vena. Varises lebih sering dijumpai pada multigravida (multipara), ibu yang mengalami hidramnion atau kehamilan ganda. Varises ini sebagian disebabkan oleh aliran balik vena yang terganggu dan gangguan ini mengalami kekambuhan karena relaksasi dinding vasa akibat pengaruh progesteron dan sebagian karena peningkatan volume darah yang beredar. Varises ini dapat terasa sangat sakit dan pengobatannya sebagian terletak pada pemasangan bantalan perineum yang kencang untuk memberikan penopang sambil menasehatkan wanita tersebut untuk beristirahat dengan posisi rekumben sebanyak mungkin. Dapat timbul bahaya ruptur varises tersebut. Kelainan ini berhubungan dengan varises tungkai bawah, hemoroid dan edema.

3. Edema. Edema berhubungan dengan varises vena vulva, dan edema ini lebih sering dijumpai pada preeklampsia. Pengobatannya adalah pengobatan pre-eklampsianya. Apabila terdapat edema pada satu labium, maka permukaan dalam perlu diperiksa untuk mengesampingkan adanya syangkroid sililitikum (ulkus durum).

4. Kutil vulva. Kelainan ini umumnya berhubungan dengan infeksi virus dan kutil (verruca) ini menyebar merata pada saat kehamilan. Verruca tersebut kadang-kadang berhubungan dengan infeksi trikomoniasis. Verruca vulva juga disertai dengan gonore atau verruca tersebut mungkin adalah kondilomata sifilitika. Haws dibuat diagnosis banding dan kemudian diperlukan pengobatan yang sesuai.

5. Pembengkakan vulva paling sering berhubungan dengan sumbatan ductus Bartholini yang terinfeksi, perlu dikesampingkan adanya gonore sebagai penyebab abses Bartholini, tetapi gonore ini bukan merupakan satn-satunya penyebab.

6. Rasa sakit pada vulva atau herpes genitalis disebabkan oleh virus herpes simplex atau syangkroid sifilitikum (ulcus durum), kedua keadaan ini perlu diagnosis dan pengobatan yang spesifik.

7. Hematoma vulva timbul segera setelah persalinan selesai. Perdarahan ke dalam jaringan subkutan vulva dan/atau pada dinding vagina disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah. Hematoma vulva juga mungkin terjadi karena trauma karena tekanan atau berhubungan dengan perbaikan robekan perineum atau episiotomi. Ibu yang baru raja melahirkan akan mengeluh merasa sakit dan hal ini sangat mungkin mengalami syok derajat tertentu yang tidak berhubungan dengan besarnya hematoma. Diperlukan transfusi darah untuk mengatasi syok dan perdarahan yang lebih berat. Hematoma tersebut akan memerlukan drainase dan penjahitan kembali yang biasanya dilakukan dengan anestesi umum, kecuali bila hematoma tersebut kecil dan hanya menunjukkan gejala-gejala yang ringan. Wanita tersebut akan sangat takut dan perlu ditemahi oleh petugas kesehatan, serta diberikan nasehat yang membesarkan hati sambil menunggu pembedahan.

8. Sikatriks (jaringan parut) vulva. Sikatriks vulva yang paling sering ditemukan selama pemeriksaan vulva adalah sikatriks perineum karena sikatriks episiotomi yang sudah sembuh, tetapi sikatriks bagian anterior berhubungan dengan robeknya jaringan di tempat pernah dilakukan sirkumsisi wanita.

Pustaka
Anatomi and Fisiologi Terepan dalam Kebidanan Oleh Sylvia Verrals

Tidak ada komentar:

Posting Komentar