Senin, 11 Juli 2011

Wanita, Hipertensi, dan Penyakit Jantung

Dahulu, dokter menganggap penyakit jantung hanya akan dialami oleh kaum pria. Kaum wanita dengan gejala serupa akan didiagnosis dengan penyakit lain selain penyakit jantung yang, faktanya, membunuh mereka. Selama beberapa dekade, dana penelitian di bidang penyakit kardiovaskular terfokus pada riset yang melibatkan hanya kaum pria. Kaum wanita diabaikan. Paling-paling, dalam sebuah publikasi jurnal dikatakan bahwa penemuan-penemuan mereka mungkin juga berlaku untuk kaum wanita. Kini, bisa dikatakan bahwa semua itu tidak selalu benar.

Faktanya, penyakit kardiovaskular adalah pembunuh nomor satu pada pria dan wanita, dan juga merupakan penyebab kematian utama. Meskipun kaum wanita telah dibekali pengetahuan yang cukup, mereka masih jauh lebih takut terhadap kanker payudara dan kanker ovarium ketimbang penyakit jantung. Satu dari delapan wanita akan meninggal karena kanker payudara; satu dari dua wanita akan ditaklukkan oleh penyakit jantung, meninggal karena serangan jantung atau stroke.

Gejala serangan jantung atau angina pada wanita bukanlah nyeri dada ,.ang tak tertahankan, atau nyeri yang menjalar dari bahu hingga lengan kiri, atau gangguan pencernaan, atau kekakuan pada rahang, seperti yang dialami pria. Gejala yang dialami wanita lebih cenderung pada keletihan terusmenerus dan tidak jelas penyebabnya, lesu, dan gangguan emosional. Selama ini, dokter menganggap gejala-gejala semacam itu sebagai keluhan remeh kaum wanita dan hanya memberikan obat penenang dan obat tidur.

Sifat dasar wanita yang selalu mengedepankan kepentingan orang lain, keluarga, dan teman mereka di atas kepentingannya sendiri menghalangi mereka mendapatkan perawatan medic pada saat muncul gejala awal penyakit kardiovaskular. Ketika seorang wanita mengalami gejala tersebut, dokter masih sering melakukan kesalahan diagnosis atau bahkan mengabaikannya. Angka morbiditas dan kematian akibat serangan jantung, stroke, angioplasty, dan operasi bypass pada wanita lebih tinggi daripada pria. Penyebabnya, perkembangan penyakit pada wanita lebih cepat daripada pria. Bagi wanita kulit berwarna, angka statistiknya bahkan lebih buruk lagi.

Hipertensi membuat kaum wanita harus membayar lebih mahal daripada pria. Risiko kambuhnya serangan jantung, stroke, dan kejadian kardiovaskular lain pada wanita meningkat sejalan dengan meningkatnya tekanan darah. Dalam sebuah kajian prospektif terhadap lebih dari lima ribu profesional kesehatan wanita dengan rata-rata usia enam puluh dua tahun, terbu
bahwa setiap peningkatan 10 poin tekanan darah sistolik pada wanita penderita penyakit jantung akan meningkatkan risiko sebesar 9%. Tekanan darah tinggi membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh; hal ini, pada gilirannya, menyebabkan jantung membesar dan kehilangan efisiensinya seiring waktu.

Penelitian sebelumnya, yang dilakukan di Brigham and Women's Hospital di Boston oleh National Institute of Health, mengungkap bahwa risiko mulai meningkat ketika tekanan sistolik mencapai angka 130. Pada wanita dengan rentang tekanan sistolik 130-139, risiko mereka 2 8 % lebih tinggi daripada wanita dengan tekanan sistolik 120-129. lni merupakan contoh lain dari pentingnya menaruh perhatian dan mengatasi kondisi yang disebut "prehipertensi". Perubahan gaya hidup, terutama jika diimbangi dengan asupan suplemen, secara efektif mengurangi prehipertensi tanpa bantuan obat-obatan, balk pada pria maupun wanita.
Manfaat dari salah satu perubahan gaya hidup, yaitu meningkatkan aktivitas fisik, pernah dibahas dalam pertemuan American College of Cardiology pada 2004. Pada wanita, kebugaran merupakan faktor paling penting dalam menilai tingkat risiko kematian akibat serangan jantung. Setiap peningkatan dalam kebugaran, yang diukur dengan menggunakan treadmill, akan menurunkan 9 % risiko kematian akibat semua penyakit dan 13 % risiko kematian akibat serangan jantung.

Berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan oleh wanita jika bermasalah dengan tekanan darah dan berusaha mencegah atau mengatasi hipertensi:

Apakah Anda tengah menggunakan pil kontrasepsi? Para peneliti menyimpulkan bahwa kontrasepsi oral atau beberapa wanita, terutama jika mereka gemuk. Dan jangan mengabaikan peningkatan tekanan darah selama kehamilan, riwayat hipertensi dalam keluarga, atau disfungsi ginjal. Pil kontrasepsi dan kebiasaan merokok merupakan kombinasi yang berbahaya. Jika Anda bermaksud menggunakan pil, mintalah dokter untuk mengukur tekanan darah Anda dan ungkapkanlah kondisi-kondisi lain yang berhubungan. Jika Anda telah mengonsumsi pil, lakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur, baik dengan alat ukur digital maupun manual.

Hipertensi mungkin berkembang dengan cepat pada trimester ketiga kehamilan. Jika tidak ditangani, hal ini bisa membahayakan baik ibu maupun bayinya. Hipertensi gestasional—hipertensi pada masa kehamilan—biasanya akan sembuh setelah melahirkan, tetapi tidak selalu demikian. Dan apabila tekanan darah Anda tinggi sebelum masa kehamilan, lakukanlah pemantauan secara teratur.

Faktanya, wanita cenderung mengalami kegemukan saat mereka menua dan sangat mungkin berkembang menjadi obesitas. Kegemukan dan obesitas berpotensi meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan hipertensi.

Tekanan darah cenderung meningkat pada usia lanjut, tetapi risiko ber-kembangnya hipertensi meningkat setelah menopause. Entah benar atau tidak bahwa seorang wanita suatu saat akan menjadi seperti ibu mereka, terutama jika sang ibu menderita tekanan darah tinggi, yang jelas kecenderungan Anda mengalami penyakit tersebut meningkat dengan bertambahnya usia. Fakta ini berlaku juga untuk diabetes. Jika Anda memiliki kedua penyakit tersebut dalam riwayat keluarga. lebih baik sedia payung sebelum hujan.

Sumber Artikel Kedokteran
Terapi Hipertensi Oleh Robert E. Kowalski

Tidak ada komentar:

Posting Komentar